Kebenaran-kebenaran Yang Tak Terbantahkan
Oleh : DR. Syamsulbahri Abd. Hamid, Lc., M.A
Kebenaran itu adalah sesuatu yang dijaga keberadaannya oleh setiap Mu’min, kebenaran selalu menjadi sasaran para pengentas sesuatu yang terjadi dekadensi di dalamnya, bahkan kebenaran itu adalah misi utama setiap pembaharu atau pembaharu suatu sistem dan tatanan, cukuplah kebenaran itu disebut al-Haq. karena al-Haq itu adalah salah satu nama Allah Swt Yang Maha Benar.
Kebenaran itu adalah hal yang tak terbantahkan secara logika dan perasaan, bila kebenaran itu berupa sesuatu yang telah disepakati benar oleh logika dan perasaan, maka hal itu akan disepakati benar secara bersama sama oleh komunitas atau yang lebih besar dari pada itu sebagai warga bahkan sebagai bangsa bangsa yang eksis.
Wujud kebenaran itu didapatkam melalui pencermatan pada :
Kuasa Allah Swt:
Dalam Al-Qur’an surah Ibrahim/19, Allah Swt berfirman :
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بِالْحَقِّ ۚ إِنْ يَشَأْ يُذْهِبْكُمْ وَيَأْتِ بِخَلْقٍ جَدِيدٍ
Terjemah Arti: Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah telah menciptakan langit dan bumi dengan hak? Jika Dia menghendaki, niscaya Dia membinasakan kamu dan mengganti(mu) dengan makhluk yang baru,
Artinya Pergerakan alam raya, siang malam, besar kecil, hidup mati, seluruh pergerakan yang terjadi di alam raya ini adalah kebenaran yang tak bisa dipungkiri eksistensinya, namun bila semua itu diamati maka yang mengemuka adalah bahwa semua itu adalah bukti kebenaran akan keberadaan dan kekuasan Allah semata, tak dipungkiri bahwa segala keberadaan itu ada ukurannya dan ada masa waktu expirenya, itulah hal hal yang fisikal dan alam nyata,
Kuasa Manusia :
wujud kebenaran lainnya yang dapat diketemukan adalah pada ikhtiar manusia, hal ini tertera dalam al-Qur’an surat Yunus ayat 108 :
قُلْ يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَكُمُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنِ اهْتَدَىٰ فَإِنَّمَا يَهْتَدِي لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ ضَلَّ فَإِنَّمَا يَضِلُّ عَلَيْهَا ۖ وَمَا أَنَا عَلَيْكُمْ بِوَكِيلٍ
Terjemah : Katakanlah: “Hai manusia, sesungguhnya teIah datang kepadamu kebenaran (Al Quran) dari Tuhanmu, sebab itu barangsiapa yang mendapat petunjuk maka sesungguhnya (petunjuk itu) untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan barangsiapa yang sesat, maka sesungguhnya kesesatannya itu mencelakakan dirinya sendiri. Dan aku bukanlah seorang (pengawas/penilai) penjaga terhadap dirimu”.
Kebenaran yang merupakan petunjuk itu tiada lain menyangkut ikhtiar manusia menwujudkan kebenaran itu, ikhtiar manusia pada kebenaran dapat terwujud melalui dua konsekwensi utama
Konsekwensi pertama :
Ikhtiar kebenaran hasil alam pikiran
Allah berfirman dalam surat al-Nisa ayat 114 :
۞ لَا خَيْرَ فِي كَثِيرٍ مِنْ نَجْوَاهُمْ إِلَّا مَنْ أَمَرَ بِصَدَقَةٍ أَوْ مَعْرُوفٍ أَوْ إِصْلَاحٍ بَيْنَ النَّاسِ ۚ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَٰلِكَ ابْتِغَاءَ مَرْضَاتِ اللَّهِ فَسَوْفَ نُؤْتِيهِ أَجْرًا عَظِيمًا
Terjemah : Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka, kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat ma’ruf, atau mengadakan perdamaian di antara manusia. Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar.
Kebenaran yang eksis pada hasil pemikiran manusia itu sangat banyak bila diurut berdasar kategori kategori yang berbeda beda, namun ada kebenaran yang tak terbantahkan yang berupa konsep, seruan, ajakan, ajaran, metode dan lain lain, terkemuka dari hasil pemikiran dan renungan manusia, hal itu adalah yang menyentuh sendi sendi maslahat umum dan maslahat warga bangsa dimanapun berada, sebagaimana diurai dalam ayat tersebut diatas 114 dari surah An-Nisa.
implikasi dari suatu seruan, kebijakan, himbauan dan arahan yang beragam itu adalah harus nyata benar dalam wujud yang mengajak dan memerintahkan turunnya bantuan kemanusiaan berupa sedekah zakat dan infak, implikasi ini adalah berupa hal hal yang bersifat kepedulian sosial dari kaum yang berada, ningrat, selebriti dan para pejabat, gambaran seperti ini merupakan kebenaran logika yang tak terbantahkan bagi semua kalangan.
implikasi seruan yang kedua dari mereka yang mencanangkan pengentasan dimana mana adalah bila seruan itu memerintahkan tercapainya hal hal yang masuk kategori ma’ruf atau kebajikan kebajikan, sedang ukuran ma’ruf itu adalah pembangunan fisik, infrastruktur yang melayani publik, inilah yang dimaksud dengan memerhatikan hal hal ma’ruf.
Implikasi yang ketiga yang harus nyata dari lahirnya seruan dari para pembaru sistem dan langkah langkah pengentasan adalah sasaran memanusiakan manusia, menjaga martabat dan harkat manusia terutama menghindarkan dari konflik konlik sosial politik dan keyakinan hal itu diwujudkan dalam makna al-Ishlah baenannas.
ketiga implikasi seruan ajakan dan himbauan ini merupakan kebenaran hasil buah pikiran manusia yang pasti benar di seluruh kalangan, seluruh penganutt ajaran agama dimanapun berada dan dalam kondisi apapun
inilah nilai nilai Ilahiyah yang benar yang sudah terpatri mengiringi langkah hidup manusia.
Konsekwensi kedua :
Ikhtiar Kebenaran Hasil Olah Rasa Batin
Ukuran dari suatu kebenaran olah batin adalah bila melahirkan cinta, senang, rela, yakin, mantap dn hal hal yang semakna dengan ini semua, sesuatu yang benar dari ikhtiar manusia berupa sikap dan tingkah laku akan mengentas pada kebahagian dan kedamaian hati pada seluruh anak manusia, maka tentu yang paling utama digalakkan dalam hal ini adalah akhlak bekerja dan akhlak berbuat kepada sesam,a hal ini dapat dilihat rinciannya dalam surah al-Baqarah aayat 177 :
۞ لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَٰكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَىٰ حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا ۖ وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ ۗ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا ۖ وَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Terjemah Arti: Bukanlah menghadapkan wajahmu (Berhaluan) ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa.
Hasilnya:
- manusia tidak dapat lepas dari kodrat kebenaran
- manusia harus memilih yang terbaik secara logika spontan
- manusia harus tahu kebenaran yang dijamin baik dalam sisi Keilahiaan dan sisi kemanusiaan belaka
- setiap mu’min berupaya berada dalam koridor ia berbuat benar dalam seluruh kondisinya dan hidupnya
Walhamdulillahi bi i’matihi tatimuushholehaat.