Oleh :
DR KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA
(Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)
Mengikutkan 6 hari berpuasa di bulan Syawal menjadikan Ramadan itu bernilai sepuluh bulan dan enam hari bernilai dua bulan totalnya sebanyak 12 bulan berdasar hadis Tsauban ra:
وروى ثوبان: «صيام شهر بعشرة أشهر، وصيام ستة أيام بشهرين، فذلك سنة
Puasa Ramadhan sebulan itu bernilai 10 bulan, dan puasa enam hari itu bernilai dua bulan maka itu terhitung setahun (HR Said bin Mansur).
Berbagai cara untuk menyempurnakan pahala setahun puasa ini. Ada yang melaksanakan puasa 6 hari di bulan Syawal dengan langsung dikerjakan setelah Idul fitri, baik berturut-turut atau selang-seling, tanpa diantarai puasa bayar qodha Ramadhan, ini dibolehkan dan diutamakan seluruh Fuqoha sahkan Hanafiah , Malikiah, Syafiiyah dan Hanabilah tanpa khilaf. Tetapi dalam hal seseorang ada utang puasa Ramadhan bagi yang sakit, musafir, hamil, menyusui atau nifas, maka terdapat perbedaan pendapat boleh tidaknya puasa Syawal sebelum puasa qodha atau bayar utang puasa Ramadhan dikerjakan.
Hanabila atau pengikut imam Ahmad sebagian besar mereka haramkan puasa Syawal sebelum seseorang sempurnakan bayar utang puasa Ramadhan berdasar dalil hadis :
من حديث أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال: “من صام تطوعاً وعليه من رمضان شيء لم يقضه فإنه لا يقبل منه حتى يصوم”.
Terjemahnya Rasul saw bersabda : siapa puasa sunah sedang ia berutang Ramadhan yang belum dia bayar maka tidak diterima puasa sunahnya hingga puasa Ramadannya ditunaikan (HR Ahmad).
Riwayat hadis tersebut mengharamkan puasa syawal sebelum Ramdhan terbayar, namun dalam riwayat lain yang dikeluarkan juga Imam Ahmad sebaliknya tidak mengharamkan , seperti dinukil dalam kitab Al-Insab karya Al-Mardawiy yaitu seiring dengan pendapat jumhur ulama.