Oleh:
Dr KH Syamsul Bahri Abd Hamid Lc MA (Sekertaris Komisi Fatwa MUI Sulsel)
Makassar, islamkontemporer.id- Keunggulan sesuatu di atas yang lain pertama-tama harus dipersepsikan dengan jelas. Jika suatu objek A dikatakan lebih unggul daripada objek B, maka secara logistik, segala keutamaan yang ada pada B juga harus ada pada A. Namun, A harus memiliki keistimewaan tambahan yang tidak dimiliki oleh B. Inilah standar logika minimal manusia dalam memahami konsep keunggulan.
Lailatul Qadar adalah malam yang sangat mulia dalam sejarah ibadah di bulan Ramadhan. Malam ini lebih baik dari seribu bulan, malam turunnya Al-Qur’an, serta malam penuh keberkahan di mana doa-doa dikabulkan dan amal ibadah dilipatgandakan pahalanya. Namun, ada indikasi bahwa ada malam lain di bulan Ramadhan yang berpotensi mengungguli laelatul qadar berdasar hitungan manusia. Hakikatnya tentu hanya Allah Swt yang mengetahuinya.
Mari kita perhatikan sebuah riwayat hadis Rasulullah Saw yang disampaikan oleh Al-Baihaqi dan Imam Ahmad. Hadis ini menyebutkan bahwa di akhir bulan Ramadhan, Allah Swt membebaskan manusia dari api neraka, dan pembebasan dari neraka ini meliputi seluruh malam yang telah dilalui selama bulan Ramadhan, termasuk malam Lailatul Qadar. Oleh karena itu, malam malam akhir Ramadhan memiliki keistimewaan tersendiri yang patut untuk direnungkan dan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.